Selasa, 22 Oktober 2013

A HOME AND A FOREIGN LAND: WHEN I CAN NO LONGER MISS THAT PERSON I SPENT MOST OF MY WAKING HOURS WITH.

For me, who have loved way too deep, it’s a death sentence.

It’s the end to my misadventures in a foreign land that turned into home since long ago
An end to the identity we carefully crafted and experimented with
An end to the reality you authored, an end to an era of living in the present.

I laughed at all my (and some of your) hangovers and discomforts.
Because we always knew that sooner or later, life will catch up.
And if we’re not prepared, I’ll meet a version of myself that didn’t fully whole, when I decided to move backwards.

A home and a foreign land.

Part of you will always be left behind the country you once lived in.
Part of you in the home you spent many years in, but are not so familiar with anymore. 
In short, you enter a crisis of sorts.
You’re first met with delusions, where you figure out if those months or years actually happened.
If you actually met the people you spent most of your waking hours with.

Then, you feel anxious about what to do next – if you want to recreate yourself in another foreign country, or stay put where you are back home.

It becomes my lullaby every night.
Eventually, sick of being in my head, my stuffed animals staring at me and your Facebook pictures of the life you live abroad, without losing sight of the feelings you left behind at your other home across the Pacific Ocean.

With the support of both parties, I'll feel better.
Maybe I were never alone at all, even if I'm just around myself most of the time, as I figure things out through this process. 
Regardless of what geographical canvass you live your life in, one thing is constant – I will always be with myself. 

And maybe at the end of the day, the main villain in our story is fear – it decided whether you’d move abroad, decided whether you’d move back home, and determined if you’d decide at all.
Fear is actually a neutral character that can instigate behavior.
So next time you feel it, wherever you are in the world, will you run away or face it?
When you’ve figured that out, you’re finally home.

PS: Cause I don't want to be the reason you don't leave.

Senin, 21 Oktober 2013

I CAN'T BELIEVE I'M THIS LUCKY AND WORTH LOVING




Paksalah dirimu untuk mengingat hal ini setiap pagi -selama perjalanan dalam Transjakarta yang membosankan, di saat-saat kecil dari rutinitas harianmu ketika Senin akhirnya resmi dimulai- "Anda sangat beruntung".  
Fakta bahwa ada orang orang yang telah memilih -meskipun itu pilihan terakhir mereka, untuk bersamamu bahkan di saat-saat yang kurang bagus, adalah hal yang magis .  
Hari demi hari cinta jadi semakin membuatmu pelan pelan mati oleh kehebatannya dan kau merasa terlalu sesak untuk sendirian saja. Tapi ketika seorang kawanmu yang mungkin telah muak kemudian setuju untuk menemanimu tertawa lepas hingga menahan pahit tangis, itu lebih dari cukup.

Pikirkan tentang semua hal yang kau bisa berbuat lebih baik jika kau bersikap jujur ​​dengan diri sendiri. Kau mungkin membersihkan dirimu lebih cepat, membuat upaya lebih untuk menjaga suasana hati orang yang tak bersalah padamu, atau paling tidak kembali pulang ke rumah bukannya murung dan membeli minuman keras yang sebenarnya tak terlalu kau butuhkan. Kau tidak akan patah, kau bisa mengangkat dirimu sendiri. Pagi ini kepalaku dipenuhi pikiran tentang hal ini, dan mengingat bahwa mereka tetap mencintai. Terus mencintaiku. Aku berterima kasih karena orang orang memilih untuk memaafkan kekuranganku. Mereka murah hati. Mereka mencintai apa yang baik bukannya membenci apa yang tidak. Ketika kau merasa kenyataan merayap datang dan bahwa sesungguhnya kau tak pernah siap, pada akhirnya, selalu ada seseorang menganggap kau indah dan menerimamu.
Menemanimu.

There is something nice about realizing you are not perfect, but you are still worth loving.

Remember that love is not something that you can save up an excess of and take out when you need some of it at a low moment in the dead of winter. 

Rekaman kebaikan orang orang yang tanpa sadar sudah menyelamatkanku diputar tanpa henti oleh Tuhan setiap kali sendiri: they are your teammate. 
You have someone in your corner, even at the moments you feel most alone.


PS: For my beloved friends, yang selalu ada. Terima kasih ya, you guys are diamonds!

PETUAH YULIANIS

Hari Jumat, 30 Agustus 2013, aku mendengar petuah dari Yulianis, ibu beranak satu yang hidupnya berpindah pindah semenjak ia ditetapkan menjadi saksi kunci kasus mega korupsi yang melibatkan mantan atasannya, Nazaruddin.
Yulianis berkata dua hal yang sangat aku ingat dan renungkan.



"Masa saya harus berbohong seumur hidup saya?".

Itu buat kamu.
Ya, aku memikirkan kamu ketika mendengar ucapan Yulianis tadi.
Dulu kamu pernah bilang padaku kalau kamu paling tidak bisa membohongi diri sendiri.
Semoga sisa hidupmu tidak kau habiskan dalam hal itu hanya karena kita sudah tak lagi berkisah dan buntu.

Yang kedua adalah "Kuncinya adalah ikhlas, kalau sudah ikhlas pasti jalannya akan dilancarkan.".

Yang ini untuk aku.
Aku berharap hari hariku sekarang semakin cerah dan hatiku semakin ringan.
Aku sama seperti Yulianis, menginginkan jalan yang lancar.
Hidup dalam sandera perasaan adalah hal yang sangat melelahkan dan berat.

Aku tau tanggunganku tak sebesar Yulianis.
Tapi hari itu aku belajar dua hal darinya.
Semoga kamu di sana berbahagia karena doaku terus mengiring.
 

LOVE IS THE PERSON YOU THINK ABOUT DURING THE SAD SONGS

Hampir setiap kali aku mendengar lagu yang berlirik sedih, pikiran ini selalu melayang pada sebuah nama.

Sebuah cerita.
Sebuah ujung.
Yang mungkin bukan juga ujung.
 


Aku tidak pernah benar benar bisa mengatakan bahwa kami berdua telah selesai.
Dia pernah berkata dulu, bahwa membohongi diri sendiri adalah hal yang tidak bisa dilakukannya.
But right now I'm playing the part, fooling myself around. 
Berkata pada diri sendiri untuk tidak lagi bicara pada orang yang sebelumnya hampir setiap hari ingin kuajak bicara.

PS: Ditulis pada medio 2013, sekitar sebulan setelah ulang tahunku yang ke dua puluh empat.